BBL udah mau kelar nih bro sis.
Tugas terakhir ini saya dedikasikan kepada tempat saya belajar dan menangis
selama masa TPB. Yak Perpustakaaan ITB. Gedung perpustakaan ini mulai dirancang oleh seorang
arsitek lulusan ITB bernama Slamet
Wirasonjaya. Gedung ini memiliki luas 9.000 m2. Gedung ini terletak di
bagian utara kampus ITB Ganesha. Gedung ini selesai dibangun
dan mulai ditempati sejak pertengahan tahun 1987.
Arsitektur gedung perpustakaan ini sekilas sangat unik dengan bentuknya seperti tumpukan buku pada rak. Bentuk yang
berundak-undak seperti tumpukan buku ini dapat terlihat dari sisi utara dan
selatan bangunan. Berdasarkan pengamatan yang telah saya lakukan dan pencarian
bahwa pondasi apa yang telah dipakai oleh gedung ini, saya mengasumsikan bahwa
gedung ini memakai pondasi jenis bored pile.
Pondasi Bored Pile adalah bentuk pondasi Dalam
yang dibangun di dalam permukaan tanah dengan kedalaman tertentu. Pondasi di
tempatkan sampai kedalaman yang diinginkan dengan cara
membuat lubang yang
dibor dengan alat khusus. Setelah mencapai kedalaman yang disyaratkan, kemudian
dilakukan pemasangan kesing/begisting yang terbuat dari plat besi, kemudian
dimasukkan rangka besi pondasi yang telah dirakit sebelumnya, lalu dilakukan
pengecoran terhadap lubang yang
sudah di bor tersebut. Pekerjaan pondasi ini tentunya dibantu dengan alat
khusus, untuk mengangkat kesing dan rangka besi. Setelah dilakukan pengecoran
kesing tersebut dikeluarkan kembali. Selain itu, pondasi ini lebih cocok
digunakan untuk bangunan bertingkat empat atau lebih
Untuk membangun suatu bangunan material yang dibutuhkan proyek gedung
meliputi:
- Pasir agregat kasar
- Pasir agregat halus
- Semen
- Air : gunakanlah air yang bersih dan tidak mengandung lumpur
- dan Besi-besi tulangan
Kelima material tersebut adalah material yang harus dipakai dalam pembuatan
gedung. Tentunya dalam proses pembangunan gedung Perpustakaan Pusat ini juga
diperlukan material tersebut supaya bisa terbentuk bangunan yang kokoh dan
sesuai yang diinginkan.
Penggunaan material beton menjadi ciri khas Gedung Perpustakaan pusat,
Material beton ini murni digunakan pada bagian eksterior bangunan berupa fasade
(tampak) dan dinding luar serta struktur utama berupa beton bertulang.
Awalnya permukaan gedung perpustakaan hanya berupa material beton yang
berlapis cat berwarna putih. Setelah bangunan mulai beroperasi, tampak luar
bangunan semakin hari semakin terlihat kusam dan berlumut. Hal ini tentunya
diakibatkan karena bangunan bermaterial beton yang langsung terpapar sinar
matahari dan hujan secara langsung tanpa pelindung. Perubahan fasade pun
terjadi dengan dilapisi keramik berwarna biru pada seluruh bagian eksterior
bangunan. Perubahan ini mengundang persepsi negatif terhadap warga kampus ITB
saat itu sehingga gedung ini biasa disebut sebagai “WC Raksasa”. Akhirnya, pada
tahun 2009 diganti menjadi berbahan panel komposit (Aluminium composite panel)
yang berwarna silver metal.
Lalu ada bukaan untuk pencahayaan,bukaan ini diperbanyak pada bagian utara
dan selatan perpus yang merupakan sisi terpendek pada bangunan, bukaan ini
dimaksudkan seperti jendela yang materialnya adalah kaca.
Dari analisis diatas saya menyimpulkan proporsi material dari gedung perpustakaan ini adalah : Karena struktur utamanya adalah beton maka 70% beton bertulang, 25% panel komposit, dan 5% kaca.
Selanjutnya saya akan membahas mengenai cara pembuatan dari material (kolom
beton bertulang) yang digunakan dalam proses pembangunan gedung ini dan apa itu
Aluminium Composite Panel.
Cara membuat kolom beton bertulang
- Pada tahap perencanaan kita buat gambar desain bangunan untuk menggambarkan bentuk konstruksinya dan menentukan letak kolom struktur.
- Selanjutnya melakukan perhitungan struktur bangunan untuk mendapatkan dimensi kolom dan bahan bangunan yang kuat untuk digunakan namun tetap ekonomis.
- Melakukan pekerjaan pengukuran untuk menentukan posisi kolom bangunan, ini harus pas sesuai dengan gambar rencana. apalagi pada gedung bertingkat tinggi yang angka toleransi kesalahan hanya beriksar 1 cm, jika salah dalam mengukur maka ada resiko keruntuhan gedung.
- Menghitung kebutuhan besi tulangan dan bentuk potongan besi yang perlu dipersiapkan. ini sering disebut sebagai bestek besi.
- Merangkai potongan besi sesuai dengan bentuk kolom yang telah direncanakan.
- Memasang rangkaian besi tulangan pada lokasi kolom yang akan dibuat.
- Membuat bekisting / cetakan. bisa terbuat dari kayu, plat alumunium atau media lain yang mampu menahan saat proses pekerjaan pengecoran beton.
- Memasang bekisting sehingga membungkus besi tulangan.
- Melakukan pengecekan posisi bekisting apakah sudah sesuai dengan ukuran rencana, dan apakah sudah benar-benar tegak.
- Menghitung kebutuhan beton yang dibutuhkan.
- Membuat adukan beton atau memesan beton precast dengan kualitas sesuai hasil perhitungan semula. misalnya mau menggunakan mutu beton K-250, K-300, K-400 dan seterusnya.
- Melakukan pekerjaan pengecoran kolom, penentuan tinggi cor bisa dilakukan dengan berpedoman pada ukuran bekisting atau mengukur sisa cor dari ujung atas bekisting.
Aluminum Composite panel
Aluminium composite panel (ACP) merupakan material berupa plat datar yang
terbuat dari polyethylene (PE) dan dilapisi dengan aluminium di kedua sisinya.
Material ini umumnya digunakan sebagai pelapis dinding eksterior untuk
menonjolkan kesan artistik dan megah pada fasade (tampak) bangunan komersial
seperti pusat pertokoan, pusat bisnis, hotel, atau ruko. Biasa dikombinasikan
dengan kaca, papan reklame, atau panel kanopi.
Cara pemrosesan aluminium composite panel
Cara pemrosesan aluminium composite panel
Biji bauksit sebagai bahan dasar aluminium dihaluskan, lalu dipanaskan
untuk mengurangi kadar air di dalam biji bauksit. Setelah dicampur dengan
sejenis bahan kimia bernama kaustik soda, larutan ini kemudian dipompa masuk ke
dalam tabung tekan lalu dipanaskan. Selanjutnya larutan disaring dan disemaikan
sehingga membentuk endapan alumina basah. Endapan ini lalu dicuci dan
dikeringkan atau dipanaskan pada suhu 1200 derajat celcius. Setelah itu alumina
yang sudah dipanaskan melalui tahap pemurnian pada proses reduksi elektrolitik
sampai dihasilkanlah biji aluminium.
Proses pengolahan aluminium composite panel disebut dengan tahap bayer.
Pada tahap ini, peleburan alumina akan
menghasilkan kristal alumina. Bahan ini kemudian dilarutkan dengan menggunakan
cryolite cair untuk membentuk larutan elektrolit. Proses ini dilakukan dengan
menambahkan alumina dan cryolite secara terus menerus. Pada proses ini
aluminium cair murni akan terakumulasi pada bagian bawah wadah. Setelah dicetak
dengan cetakan panjang horizontal, terbentuklah aluminium composite panel.
Sumber Referensi
- Institut Teknologi Bandung, Undergraduate Student Handbook. Bandung: Penerbit ITB.
- 2014. Institut Teknologi Bandung, Knowledge Center, UPT Perpustakaan ITB. Bandung: Penerbit ITB.
- Damajani, Dhian. 2006. SLW. Bandung: Program Studi Arsitektur ITB.
- https://news.ralali.com/jenis-dan-bahan-pondasi-bangunan/
No comments:
Post a Comment