Breakwater atau dalam hal ini pemecah gelombang lepas pantai
adalah bangunan yang dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari
garis pantai. Pemecah gelombang dibangun sebagai salah satu bentuk perlindungan
pantai terhadap erosi dengan menghancurkan energi gelombang sebelum sampai ke
pantai, sehingga terjadi endapan dibelakang bangunan. Endapan ini dapat
menghalangi transport sedimen sepanjang pantai.
Seperti disebutkan diatas bahwa pemecah gelombang lepas
pantai dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai,
maka tergantung pada panjang pantai yang dilindungi, pemecah gelombang lepas
pantai dapat dibuat dari satu pemecah gelombang atau suatu seri bangunan yang
terdiri dari beberapa ruas pemecah gelombang yang dipisahkan oleh celah.
Perlindungan oleh pemecahan gelombang lepas pantai terjadi karena
berkurangnya energi gelombang yang sampai di perairan di belakang bangunan.
Karena pemecah gelombang ini dibuat terpisah ke arah lepas pantai, tetapi masih
di dalam zona gelombang pecah (breaking zone). Maka bagian sisi luar pemecah
gelombang memberikan perlindungan dengan meredam energi gelombang sehingga
gelombang dan arus di belakangnya dapat dikurangi.
Gelombang yang menjalar mengenai suatu bangunan peredam
gelombang sebagian energinya akan dipantulkan (refleksi), sebagian diteruskan
(transmisi) dan sebagian dihancurkan (dissipasi) melalui pecahnya gelombang,
kekentalan fluida, gesekan dasar dan lain-lainnya. Pembagian besarnya energi
gelombang yang dipantulkan, dihancurkan dan diteruskan tergantung karakteristik
gelombang datang (periode, tinggi, kedalaman air), tipe bangunan peredam
gelombang (permukaan halus dan kasar, lulus air dan tidak lulus air) dan
geometrik bangunan peredam (kemiringan, elevasi, dan puncak bangunan).
Berkurangnya energi gelombang di daerah terlindung akan
mengurangi pengiriman sedimen di daerah tersebut. Maka pengiriman sedimen
sepanjang pantai yang berasal dari daerah di sekitarnya akan diendapkan
dibelakang bangunan. Pantai di belakang struktur akan stabil dengan
terbentuknya endapan sediment tersebut.
Material
Untuk material yang digunakan tergantung dari tipe bangunan
itu sendiri. Seperti halnya bangunan pantai kebanyakan, pemecah gelombang lepas
pantai dilihat dari bentuk strukturnya bisa dibedakan menjadi dua tipe yaitu:
sisi tegak dan sisi miring.
Untuk tipe sisi tegak pemecah gelombang bisa dibuat dari
material-material seperti pasangan batu, sel turap baja yang didalamnya di isi
tanah atau batu, tumpukan buis beton, dinding turap baja atau beton, kaison
beton dan lain sebagainya.
Dari beberapa jenis tersebut, kaison beton merupakan
material yang paling umum di jumpai pada konstruksi bangunan pantai sisi tegak.
Kaison beton pada pemecah gelombang lepas pantai adalah konstruksi berbentuk
kotak dari beton bertulang yang didalamnya diisi pasir atau batu. Pada pemecah
gelombang sisi tegak kaison beton diletakkan diatas tumpukan batu yang
berfungsi sebagai fondasi. Untuk menanggulangi gerusan pada pondasi maka dibuat
perlindungan kaki yang terbuat dari batu atau blok beton.
Sementara untuk tipe bangunan sisi miring, pemecah gelombang
lepas pantai bisa dibuat dari beberapa lapisan material yang di tumpuk dan di
bentuk sedemikian rupa (pada umumnya apabila dilihat potongan melintangnya
membentuk trapesium) sehingga terlihat seperti sebuah gundukan besar batu,
Dengan lapisan terluar dari material dengan ukuran butiran sangat besar.
Dari gambar dapat kita lihat bahwa konstruksi terdiri dari
beberapa lapisan yaitu:
- Inti (core) pada umumnya terdiri dari agregat galian kasar, tanpa partikel-partikel halus dari debu dan pasir.
- Lapisan bawah pertama (under layer) disebut juga lapisan penyaring (filter layer) yang melindungi bagian inti (core) terhadap penghanyutan material, biasanya terdiri dari potongan-potongan tunggal batu dengan berat bervariasi dari 500 kg sampai dengan 1 ton.
- Lapisan pelindung utama (main armor layer), merupakan pertahanan utama dari pemecah gelombang terhadap serangan gelombang pada lapisan inilah biasanya batu-batuan ukuran besar dengan berat antara 1-3 ton atau bisa juga menggunakan batu buatan dari beton dengan bentuk khusus dan ukuran yang sangat besar seperti tetrapod, quadripod, dolos, tribar, xbloc accropode dan lain-lain
Secara umum, batu buatan dibuat dari beton tidak bertulang
konvensional kecuali beberapa unit dengan banyak lubang yang menggunakan
perkuatan serat baja. Untuk unit-unit yang lebih kecil, seperti Dolos dengan
rasio keliling kecil, berbagai tipe dari beton berkekuatan tinggi dan beton
bertulang (tulangan konvensional, prategang, fiber, besi, profil-profil baja)
telah dipertimbangkan sebagai solusi untuk meningkatkan kekuatan struktur
unit-unit batu buatan ini. Tetapi solusi-solusi ini secara umum kurang hemat
biaya, dan jarang digunakan.
Seiring perkembangan jaman dalam konstruksi pemecah
gelombang lepas pantai juga mengalami perkembangan. Belakangan juga dikenal
konstruksi pemecah gelombang komposit. Yaitu dengan menggabungkan bangunan sisi
tegak dan bangunan sisi miring. Dalam penggunaan matrial pun dikombinasikan
misalnya antara kaison beton dengan batu-batuan sebagai pondasinya.
Metode Pelaksanaan Konstruksi
Ada berbagai macam metode dalam pelaksanaan pembangunan
konstruksi pemecah gelombang lepas pantai baik itu sisi tegak maupun sisi
miring. Untuk sis tegak ada sebuah metode pelaksanaan yang cukup unik pada
sebuah konstruksi pemecah gelombang kaison. Metode ini agak berbeda dan sempat
mejadi pertentangan pada saat ditemukan. Adapun gambaran umum metode pelaksanannya adalah sebagai
berikut:
Kaison yang
terbuat dari beton pracetak diletakan dipermukaan air dengan bagian dasarnya
yang terbuka menghadap ke bawah. Dengan mengatur tekanan udara didalam kaison,
maka tingkat pengapungannya dapat dikendalikan untuk memastikan stabilitas dan
mengatur aliran udaranya selama pemindahan ke lokasi pemasangannya.
Adapun untuk proses pemindahan kaison kelokasi pemasangan
bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan didorong menggunakan
sebuah tugboat.
Pada saat sudah berada dilokasi pemasangan, udara didalam
kaison dikeluarkan dan kaison ditenggelamkan ke dasar laut dengan mengandalkan
beratnya sendiri. Kemudian setelah kaison ditenggelamkan dan berada pada posisi
yang telah direncanakan, maka kaison diisi dengan material pengisi untuk
meningkatkan kekuatan strukturnya. Karena kaison tebuka dibagian dasarnya maka
bagian ujungnya hanya mempunyai luasan permukaan yang sangat kecil jika
dibandingkan dengan area yang dicakup oleh kaison itu sendiri. Luas permukaan
ujung yang kecil ini digabungkan dengan berat kaison yang besar mengakibatkan
kaison lebih mudah ditenggelamkan hinga menancap ke dasar laut dengan dengan
kedalaman yang cukup. Ini untuk memastikan kaison dapat menahan pergerakan
horisontal dari struktur setelah dipasang. Disamping itu juga dimaksudkan agar
material dasar laut yang berada dalam cakupan kaison dapat dijadikan sebagai
bahan pengisi kaison itu sendiri sebagai salah satu solusi menghemat pemakaian
material pengisi.
Sedangkan jika tanah di dasar laut terlalu lunak untuk
mendukung kaison selama pengisian dan setelah dinding-dinding vertikal menembus
dasar laut sampai kedalaman yang diinginkan, penurunan selanjutnya dapat
dicegah dengan memelihara udara bertekanan yang ada di dalam kaison.
Kaison itu kemudian diisi dengan cara memompa masuk material
kerukan melalui suatu lubang masuk. Ketika material kerukan seperti lumpur
dan/atau pasir dipompa masuk kedalam kaison, udara bertekanan yang tersisa
dalam kaison itu dikurangi seperti yang dilakukan pada air yang mengisi kaison,
sehingga struktur itu berada dibawah dukungan hidrolik sementara.
Pada akhirnya setelah kaison itu cukup diisi dengan material
padat, maka lubang-lubang udara dan hidrolik ditutup dengan beton atau material
lain.
Sedangkan untuk tipe bangunan sisi miring metode
pelaksanaannya tidak jauh berbeda dengan bangunan pelindung pantai lainya
seperti groin dan jeti yang juga menggunakan konstruksi sisi miring. Yang
membedakan hanya cara pemindahan material dan alat-alat beratnya saja. Karena
pemecah gelombang lepas pantai dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak
tertentu dari garis pantai maka untuk pemidahan material dan alat berat ke lokasi
pemasangan menggunakan alat transportasi air misalnya kapal atau tongkang
pengangkut material.
Adapun metode pelaksanaannya dapat dipilah per lapisan
sebagai berikut:
Untuk lapisan inti
(core) material ditumpahkan ke dalam laut menggunakan dump truk. untuk
memudahkan penimbunan material oleh truk, bagian inti(core) idealnya mempunyai
lebar antara 4-5 meter pada bagian puncak dan kira-kira 0,5 meter di atas level
menengah permukaan laut, ketika ada suatu daerah pasang surut yang besar,
sebaiknya berada diatas level tertinggi air pasang.
Lapisan bawah
pertama(under layer) yang terdiri dari potongan-potongan tunggal batu.
Penempatan batu-batu lapisan ini dapat dilakukan menggunakan ekskavator
hidrolis, selain itu juga bisa dengan menggunakan sebuah mobile crane normal
jika tersedia ruang yang cukup untuk landasannya. Jangan pernah menggunakan
crane dengan ban karet pada lokasi yang tidak rata tanpa landasan yang cukup
luas. Ekskavator harus menempatkan batuan yang lebih berat secepat mungkin
sehingga bagian inti(core) tidak mengalami hempasan ombak. Jika suatu ombak
badai mengenai lokasi dimana terlalu banyak bagian inti(core) yang
mengalaminya, maka ada suatu bahaya yang serius pada bagian inti(core) yaitu
penggerusan material. Dalam hal ini kemiringan lerengnya adalah 2,5/1 dan jarak
H, adalah ketinggian dari puncak lapisan bawah ke dasar laut. Suatu tiang dari
kayu harus ditempatkan pada bagian atas inti (core) dan disemen untuk
meperkokohnya. Pada jarak sama dengan 2,5 x H, sebuah batu ladung yang berat
dengan sebuah pelampung penanda harus ditempatkan di dasar laut. Sebuah senar
nilon berwarna terang akan direntangkan dari batu ladung ke ketinggian yang
diperlukan (H) pada tiang. Prosedur ini harus diulangi setiap 5 m untuk
membantu operator crane atau ekskavator untuk menempatkan puncak lapisan di
tingkatan yang benar. Seorang perenang dapat memastikan bahwa masing-masing
batu batuan yang terpisah ditempatkan di dalam profil yang dibatasi oleh senar
nilon.
Lapisan pelindung
utama (main armor layer). Dalam pelaksanaan penempatan batu maupun batu bauatan
dapat menggunakan crawler crane (crane penggerak roda kelabang) atau tracked
crane (crane dengan rel). Crane jenis tersebut adalah alat berat yang paling
cocok untuk pekerjaan menempatkan batuan berukuran besar. Batu-batu yang besar
harus diangkat satu demi satu menggunakan sling atau pencengkram dan harus
ditempatkan didalam air dengan pengawasan dari seorang penyelam. Ia harus
ditempatkan satu demi satu berdasar urutannya untuk memastikan ia saling
berkesinambungan. Hal ini untuk meyakinkan bahwa ombak tidak bisa menarik satu
batu ke luar, yang menyebabkan batu-batu pada bagian atas longsor, menerobos
lapisan pelindung dan mengakibatkan terbukanya bagian bawah yang batuannya
lebih kecil.
Untuk memastikan bahwa batu-batu ditempatkan dengan baik,
penyelam tadi perlu mengarahkan operator crane setiap kali suatu batu
ditempatkan sampai lapisan pelindung ini menerobos permukaan air. Sama seperti
lapisan bawah, diperlukan dua lapisan pelindung untuk menyelesaikan lapisan
pelindung utama. Profil kemiringan dapat diatur pada interval tetap 5 m
menggunakan prosedur yang sama.
Dampak Lingkungan
Seperti dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa berkurangnya
energi gelombang di daerah terlindung oleh pemecah gelombang akan mengurangi
pengiriman sedimen di daerah tersebut. Maka pengiriman sedimen sepanjang pantai
yang berasal dari daerah di sekitarnya akan diendapkan dibelakang bangunan.
Pengendapan tersebut menyebabkan terbentuknya cuspate. Apabila bangunan ini
cukup panjang terhadap jaraknya dari garis pantai, maka akan terbentuk tombolo.
Sedangkan pengaruh pemecah gelombang lepas pantai terhadap
perubahan bentuk garis pantai dapat dijelaskan sebagai berikut. Apabila garis
puncak gelombang pecah sejajar dengan garis pantai asli, terjadi difraksi di
daerah terlindung di belakang bangunan, di mana garis puncak gelombang membelok
dan berbentuk busur lingkaran. Perambatan gelombang yang terdifraksi tersebut
disertai dengan angkutan sedimen menuju ke daerah terlindung dan diendapkan di
perairan di belakang bangunan. Pengendapan sedimen tersebut menyebabkan
terbentuknya cuspate dibelakang bangunan.
Proses tersebut akan berlanjut sampai garis pantai yang
terjadi sejajar dengan garis puncak gelombang yang terdifraksi. Pada keadaan
tersebut transport sedimen sepanjang pantai menjadi nol. Seperti terlihat pada
gambar 1-14, dimana arah gelombang dominan hampir tegak lurus garis pantai
asli, garis puncak gelombang dari sisi kiri dan kanan pemecah berpotongan di
titik A. Puncak cuspate akan terjadi pada titik A. Dengan demikian pembentukan
tombolo tergantung pada panjang pemecah gelombang lepas pantai dan jarak antara
bangunan dengan garis pantai. Biasanya tombolo tidak terbentuk apabila panjang
pemecah gelombang lebih kecil dari jaraknya terhadap garis pantai. Jika
bangunan menjadi lebih panjang dari pada jaraknya terhadap garis pantai maka
kemungkinan terjadinya tombolo semakin tinggi.
Apabila gelombang datang membentuk sudut dengan garis pantai
maka laju transport sedimen sepanjang pantai akan berkurang, yang menyebabkan
pengendapan sedimen dan terbentuknya cuspate. Pengendapan berlanjut sehingga
pembentukan cuspate terus berkembang hingga akhirnya terbentuk tombolo. Tombolo
yang terbentuk akan merintangi/menangkap transport sedimen sepanjang pantai.
Sehingga suplai sedimen kedaerah hilir terhenti yang dapat berakibat terjadinya
erosi pantai di hilir bangunan.
Pemecah gelombang
lepas pantai dapat direncanakan sedemikian sehingga terjadi limpasan gelombang
yang dapat membantu mencegah terbentuknya tombolo. Manfaat lain dari cara ini
adalah membuat garis pantai dari cuspate menjadi lebih rata dan menyebar ke
arah samping sepanjang pantai.
Sumber :
https://www.ilmutekniksipil.com/pelabuhan/breakwater-pemecah-gelombang-lepas-lantai
No comments:
Post a Comment