Monday 2 December 2019

PRAKTIKUM : ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN AGREGAT KASAR

Pada praktikum ini akan dibahas mengenai uji tarik baja. berikut hasil dari percobaan kelompok 2 dari modul 3. 





Referensi
Referensi digunakan adalah
  • ASTM C136 – Sieve Analysis of Fine and Coarse Aggregates
  • SNI 03-1968-1990 – Metode Pengujian Tentang Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar

Tujuan percobaan

Tujuan percobaan ini adalah
  • Menentukan distribusi ukuran partikel dari agregat halus.
  • Menentukan distribusi ukuran partikel dari agregat kasar.

Alat dan Benda Uji

Alat
  1. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat benda uji
  2. Wadah atau Talam
  3. Sekop
  4. Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk pemanasan sampai (110 ± 5)°C
  5. Satu set saringan dengan ukuran
Spesifikasi Saringan Agregat Halus

Spesifikasi Saringan Agregat Kasar

Benda Uji
  1. Agregat halus yang sudah dikeringkan (pasir)
  2. Agregat kasar yang sudah dikeringkan (kerikil)

Prosedur Percobaan

  1. Sebelum benda uji digunakan, keringkan terlebih dahulu agregat sampel tes dengan berat yang telah ditentukan pada temperatur (110 ± 5)°C, kemudian dinginkan pada temperatur ruangan.
  2. Ambilah contoh agregat. Untuk agregat halus gunakan sebanyak 500 g pasir dan agregat kasar sebanyak 3000 g kerikil.
  3. Masukkan agregat ke dalam set set saringan agregat
  4. Goyangkan saringan dengan tangan saat agregat dituang ke saringan.
  5. Hitung berat agregat yang tertahan pada masing-masing saringan.
  6. Catat berat yang tertahan.

Hasil dan Analisis percobaan

Analisis Saringan Agregat Halus
Analisis Saringan Agregat Kasar



 
Analisis saringan dilakukan dengan tujuan untuk menentukan apakah agregat halus yang ada layak atau tidak untuk digunakan pada pencampuran atau perencanaan beton. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa pada persebaran 1(yaitu pada saringan 9.50, 4.75, 2.36, 1.18, 0.60 mm) sebagian besar agregat halus berada diantara batas atas dan batas bawah sehingga secara keseluruhan agregat halus layak untuk digunakan. Namun, Pada persebaran 2 ( saringan 0.30, 0.15, 0.075 mm)  ada lebih banyak agregat yang tidak berada diantara batas atas dan batas bawah karena tidak terdistribusi dengan baik sehingga tidak layak digunakan. Selain itu, modulus kehalusan dari agregat halus adalah 3,342. Sedangkan berdasarkan ASTM C33-97 syarat modulus kehalusan agregat halus adalah 2,3 – 3,1.

Kondisi tidak ideal ini dapat terjadi karena ada banyak kemungkinan error yang terjadi terutama saat teknis menyaring (mengguncang) yang kurang intens dan merata, kemudian karena ada agregat yang seharusnya lolos, tetapi menjadi tidak lolos karena tertutup oleh agregat halus yang lainnya.
Sementara itu, untuk kurva gradasi agregat kasar menunjukkan bahwa variasi distribusi gradasi agregat kasar yang berada di laboratorium merupakan variasi distribusi seragam. Hal ini dikarenakan sebagian besar ukuran agregat kasar sama, yaitu ukuran 9,50 mm untuk 2616 gram dari 3000 gram, sehingga kedua agregat yang berada di Laboratorium, baik agregat halus maupun agregat kasar tidak terdistribusi dengan baik atau tidak memenuhi syarat pembuatan atau perancangan beton dan tidak layak untuk digunakan sebagai bahan perencanaan campuran beton. Untuk memperoleh campuran beton dan kualitas beton yang baik, maka gradasi agregatnya harus menerus atau dalam satu set saringan, agar agregat memiliki semua ukuran butiran dan terdistribusi dengan baik.

Kesimpulan


  1. Agregat halus didapatkan pada persebaran 1 (yaitu pada saringan 9.50, 4.75, 2.36, 1.18, 0.60 mm) sebagian besar agregat halus berada diantara batas atas dan batas bawah sehingga agregat halus layak digunakan.
  2. Pada persebaran 2 (yaitu saringan 0.30, 0.15, 0.075 mm) banyak agregat yang tidak berada diantara batas atas dan batas bawah sehingga tidak layak digunakan.
  3. Modulus kehalusan dari agregat halus adalah 3,914. Sedangkan berdasarkan ASTM C33-97 syarat modulus kehalusan agregat halus adalah 2,3 – 3,1. Oleh karena itu agregat yang berada di Laboratorium tidak layak digunakan.
  4. Kurva gradasi agregat kasar menunjukkan bahwa variasi distribusi gradasi agregat kasar yang berada di laboratorium merupakan variasi distribusi seragam. Hal ini dikarenakan sebagian besar ukuran agregat kasar sama, yaitu ukuran 9,50 mm untuk 2616 gram dari 3000 gram. Oleh karena itu agregat tidak layak digunakan.

No comments:

Post a Comment