Monday, 2 December 2019

PRAKTIKUM : PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT

Pada praktikum ini akan dibahas mengenai uji tarik baja. berikut hasil dari percobaan kelompok 2 dari modul 6.





Referensi

Referensi yang digunakan adalah
  • SNI 03 – 1971 – 1990 – Metode Pengujian Kadar Air Agregat

Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan besarnya kadar air yang terkandung dalam agregat dengan cara pengeringan.

Alat dan Bahan Uji

Alat
  1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh.
  2. Oven yang bersuhu sampai (110+-5)C
  3. Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar bagi tempat pengeringan benda uji
Benda Uji
Berat minimum contoh agregat dengan diameter maksimum 5 mm adalah 0,5 kg

Prosedur Percobaan

  1. Talam ditimbang dan dicatat beratnya (W1)
  2. Benda uji dimasukkan ke dalam talam, kemudian berat talam ditambah benda uji ditimbang.
  3. Berat dicatat sebagai W2.
  4. Berat benda uji dihitung dengan persamaan W3= W2 – W1
  5. Contoh benda uji dikeringkan bersama talam dalam oven pada suhu (110 ± 5)C hingga beratnya tetap
  6. Setelah kering contoh ditimbang dan dicatat berat benda uji beserta talam (W4)
  7. Berat benda uji kering dihitung dengan persamaan W5 = W4¬¬- W1.

Hasil dan Analisis Percobaan

Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus
Pemeriksaan Kadar Air Agregat Kasar
Dari percobaan ini, didapatkan bahwa kadar air pada agregat kasar sebesar 4,1 %. Selain itu, didapatkan pula  kadar air pada agregat halus sebesar 7,72 %. Dari data tersebut didapatkan bahwa kadar air agregat halus lebih besar dari pada kadar air agregat kasar. Namun seharusnya yang lebih besar adalah kadar agregat kasar dibandingkan kadar agregat halus karena agregat kasar memiliki pori-pori yang lebih besar dibandingkan agregat halus dan pada kenyataan mungkin ada beberapa faktor yang menyebabkan kadar air agregat halus lebih besar dibandingkan agregat kasar yaitu hal ini juga bisa disebabkan oleh kadar air awal agregat. Pada saat diambil, agregat kasar terletak pada tempat yang terpapar sinar matahari secara langsung. Hal ini, memungkinkan terjadinya pengeringan. Karena pori-pori agregat kasar lebih besar dibanding agregat halus sehingga terjadi perbedaan laju penguapan di mana penguapan agregat kasar lebih besar. Karena hal tersebut, kadar air awal agregat kasar sudah lebih kecil daripada kadar agregat halus.

Kesimpulan
  1. Kadar air pada agregat kasar sebesar 4,1 %.
  2. Kadar air pada agregat halus sebesar 7,72%.
  3. Kadar air agregat halus lebih besar dari pada kadar air agregat kasar karena adanya perbedaan luas dan laju penguapan pada agregat.

No comments:

Post a Comment